Siang itu, di sela-sela sebuah acara di Denpasar saya ngobrol dengan Purdi Chandra dan Mr. Joger, dua pengusaha yang terkenal humoris. Mr. Joger sempat bercerita bahwa dia tidak pernah sekalipun merasa sedih. Dia selalu gembira, antusias dan berpikir positif. Ternyata, konsep duka memang tidak ada dalam benaknya. Terus, dia bertutur tentang Purdi Chandra yang hampir selalu berhasil dalam bisnis-bisnisnya. Rupa-rupanya, Purdi Chandra memang tidak pernah memasukkan konsep gagal ke dalam pikirannya.
Mirip-mirip dengan orang gila. Hush, jangan sembarangan! Lha, saya serius! Apa pernah orang gila jatuh sakit? Jarang-jarang 'kan? Itu karena konsep sakit tidak pernah ada di benak orang gila. Tengok pula anak kecil. Sebenarnya sih konsep takut tidak pernah terlintas di kepalanya. Namun sayangnya, acapkali orangtuanyalah yang menjajal dan menjejalkan konsep takut kepadanya, “Kalau kamu nakal, ntar digigit anjing lho!” atau, “Kalau kamu nggak mau makan, bakal didatangin kuntilanak lho!” Akhirnya, si anak jadi merinding beneran. Konsep takut pun menyelinap dan bersemayam di otaknya.
Kesimpulannya, hati-hati dengan pikiran Anda. Pilah dan pilih konsep yang patut bercokol di sana. Tayangan di televisi, majalah dan suratkabar acap kali mencekoki otak Anda dengan hal-hal yang negatif. Dan repotnya lagi, sering kali Anda tidak menyadarinya. Pst, kalau sudah begitu, siapa sih yang rugi? Yah, Anda sendiri! Si pembuat acara mana mungkin rugi! Rating acara meroket. Iklan-iklan pun berdesakan. Saldo mereka pun melambung.
Kembali pada orang gila. “Hei, Penulis! Nggak salah nih? Kita yang waras gini malah ngomongin orang gila!” Yah, mana mungkin orang gila yang cerita tentang kita? Hahaha, saya bercanda. Bagi saya, orang-orang yang luar biasa adalah orang-orang yang sedikit gila. Bukankah sesepuh Intel, Andy Groove bersikeras, “Only paranoid can survive.” Yang gila, yangbertahan. Makanya, gunakan Teknologi 3G alias Gila, Gelo, Gendeng.
Tentu saja, bukan dalam pengertian sakit jiwa. Tetapi maksudnya, tidak jarang mereka berpikir dan berkhayal secara tidak rasional. Betul-betul lateral. Pokoknya, rada ngawur, rada ngelantur. Sehingga lingkungan di sekitarnya tanpa tedeng aling-aling menuding, “Ah, dasar gila! Mana mungkinitu terjadi!” Toh, pada akhirnya itu terjadi juga. Tidak perlu contoh. Anda pasti sudah sering menyaksikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut saya, untuk menjadi orang yang luar biasa, lakukanlah apa yang tidak dilakukan oleh orang biasa. Kurang jelas? Baiklah, saya tampilkan beberapa ilustrasi. Orang biasa menghabiskan waktunya 2-3 jam sehari untuk menonton sinetron (Menurut sebuah riset, orang Indonesia menghabiskan 2 jam 48 menit dalam sehari di depan televisi. Bilamana dibandingkan dengan negara-negara lain, durasi itu terhitung lama).
Orang biasa menghabiskan Sabtu-Minggu-nya untuk bermalas-malasan. Orang biasa menghabiskan waktu, uang dan kartu kreditnya di pusat-pusat perbelanjaan. Ketahuilah, orang luar biasa tidak pernah melakukan semua itu. Dan ketika Anda coba meniru orang luar biasa, saya jamin Anda akan dicap 'gila' oleh orang biasa. Tidak percaya? Lakoni saja!
Belum lama ini di Jakarta, saya bertemu dan bertukar pikiran dengan Helmi Yahya, biangnya Reality Show di tanah air. Ketika ia berkisah tentang betapa workaholic-nya dia semenjak kecil, saya langsung bergumam dalam hati, “Dia telah membayar harganya dan dia pantas memperoleh ganjarannya.” Lihat pula Aa Gym, pendakwah sekaligus pengusaha. Saya menyaksikan sendiri bagaimana ia memanfaatkan waktunya menit demi menit secara optimal. Dan kita semua maklum apa yang telah ia capai.
Sebelumnya, maafkan saya apabila tulisan saya kali ini sedikit semrawut. Maklum, tulisan ini memang dibikin sespontan mungkin, seinstan mungkin! Lagi pula, tulisan ini memang hanya untuk orang gila kok. Hei, jangan tersinggung! Tetapi yang penting, Anda pilih yang mana? Menjadi orang biasa atau orang luar biasa? Setidak-tidaknya, sebelum menjadi orang luar biasa, Anda sudah menjadi orang biasa di luar 'kan? Hahaha, saya bergurau.
Sekali lagi, jadilah orang yang luar biasa! Meskipun untuk itu, Anda kudu merelakan diri untuk dilabel 'gila' oleh orang-orang di sekitar Anda. Percayalah, sebenarnya gelar 'gila' tersebut merupakan luapan kekaguman alias pujian dari mereka. Ngomong-ngomong, beranikah Anda mengusulkan kepada presiden untuk mencanangkan Hari Gila Nasional? Yah, Anda uruslah sendiri. Kali ini saya tidak ikutan. Rasa-rasanya, saya belum segila itu.
Dikutip dari buku 10 Jurus Terlarang! Kok Masih Mau Bersaing Cara Biasa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar