Memiliki cita-cita yang jelas sejak kecil membantu Tommy Hilfiger (kini 59 tahun) untuk mendaki kariernya di bidang fashion yang luar biasa. Sebenarnya orangtuanya menginginkannya menjadi seorang insinyur, namun Tommy, anak kedua dari sembilan anak keluarga keturunan Irlandia di New York, lebih tertarik berdagang pakaian.Usia 17 tahun, ketika masih sekolah di SMA, ia sudah jualan celana cutbrai. Pada saat itu dialah yang memperkenalkan celana yang melebar dari dengkul hingga bawah itu di Elmira, New York. Ia juga bekerja di pom bensin. Dari uang tabungan hasil bekerja itu ia kemudian berjualan celana jins. Modalnya sebesar US$ 150 yang ia belikan 20 potong celana jins dan menjualnya pada kaum hippi New York mulai sekitar tahun 1969. Ia juga mencari celana cutbrai yang saat itu populer dan menjualnya juga di sana.
Modal jual-beli celana ini sampai membuatnya bisa buka toko khusus bagi kaum hippi yang ia beri nama The People's Place di Elmira, New York.
Tokonya laku keras sampai-sampai ia harus membuka cabang. Maka berdirilah jaringan tokonya hingga mencapai 7 cabang. Kejayaan itu terjadi saat usianya baru 26 tahun. Namun usahanya kemudian ambruk setelah ia kelola selama 10 tahun. Tommy benar-benar kecewa dan ia menganggap itu kesalahan yang mendasar. "Saya berjanji tak akan lagi terjerumus ke dalam kebiasaan kerja yang busuk," katanya. Padahal, ia mengakui, ia sudah begitu keras pada dirinya.
Tahun 1979 ia pindah ke Manhattan dan bekerja sebagai freelance di beberapa perusahaan pakaian. Untungnya ketika ia masih mengendalikan bisnisnya sudah mencoba-coba merancang celana jins secara otodidak. Hal inilah yang membuatnya bisa bekerja di raja tekstil asal India Mohan Murjani yang saat itu terkenal dengan jins Gloria Vanderbilt di Amerika Serikat.
Menariknya, merek "Tommy Hilfiger" pada awal tahun ini terjual sebesar Rp 30 triliun! Pembelinya adalah Phillips-Van Heusen Corporation, perusahaan adibusana asal AS.
Modal jual-beli celana ini sampai membuatnya bisa buka toko khusus bagi kaum hippi yang ia beri nama The People's Place di Elmira, New York.
Tokonya laku keras sampai-sampai ia harus membuka cabang. Maka berdirilah jaringan tokonya hingga mencapai 7 cabang. Kejayaan itu terjadi saat usianya baru 26 tahun. Namun usahanya kemudian ambruk setelah ia kelola selama 10 tahun. Tommy benar-benar kecewa dan ia menganggap itu kesalahan yang mendasar. "Saya berjanji tak akan lagi terjerumus ke dalam kebiasaan kerja yang busuk," katanya. Padahal, ia mengakui, ia sudah begitu keras pada dirinya.
Tahun 1979 ia pindah ke Manhattan dan bekerja sebagai freelance di beberapa perusahaan pakaian. Untungnya ketika ia masih mengendalikan bisnisnya sudah mencoba-coba merancang celana jins secara otodidak. Hal inilah yang membuatnya bisa bekerja di raja tekstil asal India Mohan Murjani yang saat itu terkenal dengan jins Gloria Vanderbilt di Amerika Serikat.
Tommy Hilfiger
Pelan-pelan namun pasti, Tommy akhirnya bisa meluncurkan desainnya sendiri meski ia masih di bawah manajemen Mohan Murjani dengen merek Tommy Hilfiger. Ketika pakaian buatannya diluncurkan tahun 1986, perusahaan itu mampu meraup US$ 5 juta. Setahun kemudian penjualannya berlipat dua.Sejak itu brand Tommy Hilfiger mulai dikenal. Namun Tommy tak lama di bawah manajemen Mohan Murjani. Pada tahun 1988 ia bergabung dengan perusahaan pakaian Hong Kong, Silas Chou. Perusahaan ini juga antara lain memproduksi pakaian Ralph Lauren dan Liz Claiborne. Sejak itulah brand Tommy Hilfiger makin berkembang. Menariknya, merek "Tommy Hilfiger" pada awal tahun ini terjual sebesar Rp 30 triliun! Pembelinya adalah Phillips-Van Heusen Corporation, perusahaan adibusana asal AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar