Selasa, 26 Oktober 2010

Sang Promotor Autodidak Sejati

Bagaimana jadinya jika seorang buta berjalan tanpa tongkat? Berulang kali menabrak, jatuh, atau tertubruk sesuatu. Dan, itu juga barangkali yang dirasakan seorang sosok bernama Adrie Subono ini. Saat kali pertama memutuskan untuk terjun di bisnis pertunjukan musik, tak ada satu pun "tongkat" yang akan memandunya.
"Enggak ada satu pun panduan atau orang yang ngajarin. Karena, waktu itu bisnis ini orang hanya datang dan pergi. Jadi, ya jalanin saja, karena memang saya senang," akunya kepada redaksi majalah LuarBiasa. "Saya hanya ingat ucapan Om Habibie (Adrie adalah keponakan dari mantan Menristek dan Presiden RI ke-3, red). Katanya, ‘Adrie, kalau kamu mau sukses, jadilah kamu ahli di bidang yang kamu geluti!' Itulah kata-kata yang teringat dan saya jadikan pegangan hingga sekarang." Dan, tujuan pasti untuk menjadi "ahli" itulah yang kemudian menjadi "tongkat" Adrie hingga mampu melewati masa-masa pembelajaran kehidupan dan bisnis yang dijalaninya.
Awalnya Sulit
Menilik apa yang dicapainya sekarang, barangkali orang tak membayangkan betapa sulit dan susahnya Adrie mengawali bisnis promotor musik dengan JAVA Musikindo-nya. Seratus lebih artis berkelas dunia sudah berhasil didatangkannya ke Indonesia. Berbagai aliran musik, dari pop, rock, R&B, hingga instrumen modern mampu diolahnya menjadi satu paket hiburan yang membius banyak penggemarnya. Tak heran, jika kemudian orang mengidentikkan dirinya dengan hampir semua pertunjukan musik internasional yang diadakan di Indonesia. Hingga kini, banyak tawaran artis dari luar yang justru datang padanya.
"Kemarin itu ada tawaran manggung artis Pitbull. Saya saja awalnya enggak tau siapa dia.. hahaha. Tapi, karena didesak terus sama agennya, ya sudah. Saya sebarin info kalau saya ada yang nawarin Pitbull. Ternyata, responsnya banyak banget," serunya berkisah.
Bisa dikatakan, Adrie mengawali semua kesuksesannya hanya bermodalkan kenekadan. Adrie yang tak tamat SMA ini belajar jadi promotor dengan modal kesenangannya melihat konser musik saat di luar negeri. "Saya hanya melihat bisnis ini tak bakal ada matinya. Sebab, meski artis silih berganti, tapi mereka semua pasti butuh promotor untuk menggelar pertunjukannya," beber mantan pebisnis bidang perkapalan dan telekomunikasi ini. "Lagipula, ini kan sama saja dengan dagang juga. Kalau dulu jualan kapal, ini jualan tiket...hehehe. Cuma saya sempat dibilang 'sinting' karena ninggalin bisnis yang untungnya jelas-jelas lebih besar."
Belajar Mulai dari Usia 40
Konser perdana yang ditanganinya adalah Saigon Kick. Kala itu, di tahun 1994, melalui PT. JAVA Musikindo yang didirikannya, pelajaran pertama segera dipetiknya. Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Denpasar menjadi saksi sejarah pelajaran pahit pertamanya. "Di Jakarta, itu hanya terisi setengah. Di Bandung, malah lebih kacau lagi. Izin keramaian dari polisi baru turun setelah lagu pertama dimainkan," kisah pria kelahiran 11 Januari 1954 ini. "Tapi, dari situ saya jadi belajar banyak hal. Meski ongkosnya pahit dan sangat menyakitkan, saya nggak kapok. Justru di situ komitmen saya diuji."
Kegagalannya di usia ke-40 tahun itu kemudian membuatnya tertantang. Ia ingin membuktikan, bahwa panggilan jiwanya itu telah mengarahkannya pada jalan yang dicari-carinya selama ini. "Saya pada dasarnya kan memang suka musik. Jadi ya jalanin aja."
Konser berikutnya, ia mendatangkan Supergroove yang dipentaskan di M-Club, kawasan Blok M, Jakarta. Dari sana, ia belajar bahwa pemilihan tempat manggung artis menjadi salah satu komponen yang juga harus diperhatikan untuk mendatangkan massa.
Jadwal pemilihan waktu acara juga sempat menjadi pelajaran pahit yang didapatnya. Kala itu, ia sempat mengadakan acara di musim ulangan umum. Padahal, acara yang digagas tergolong besar, yakni Jakarta Pop Alternative Festivals. Bahkan, tiga artis ternama didatangkan sekaligus. "Sejak saat itu, saya belajar melihat tanggal-tanggal penting agar tidak jeblok lagi sat jualan."
Begitulah, begitu banyak pembelajaran dari kisahnya mendatangkan band-band kelas dunia untuk manggung di Indonesia. Dari mulai menangani penonton yang pingsan, membuat barikade keamanan berlapis, hingga membatasi jumlah penonton untuk meningkatkan kenyamanan adalah berbagai pelajaran berharga yang membuatnya sukses hingga kini.
"Coba dilihat, sekarang setiap kali JAVA Musikindo bikin pertunjukan, kita pakai standar maksimal hanya 80% saja yang boleh diisi penonton. Itu semua agar kenyamanan bisa didapat," cetusnya. "Sekarang, kita pasti juga bikin empat lapis keamanan untuk jaga tiket. Itu untuk antisipasi agar tak terjadi desak-desakan dan kecurangan di tiket. Semua itu didapat karena pengalaman."
Tak hanya itu. Urusan menangani artis pun butuh pembelajaran yang sangat unik dan pelik. "Kadang, ada saja artis yang minta macam-macam dan aneh-aneh. Soal nego harga juga lain lagi. Itu semua bisa saya lakukan karena pengalaman dari belajar menangani satu konser ke konser yang lain," terang Adrie yang kemudian menuliskan pengalamannya dalam buku berjudul WOW ini. "Yang pasti, meski sudah menangani banyak konser, saya masih sering tegang hingga kini."
Belajar dan terus belajar, itulah kunci sukses Adrie Subono hingga mampu menjadi promotor musik paling sukses di Indonesia saat ini.
"Komitmen untuk menjadi ahli seperti yang dikatakan Om Habibie itu terus saya pegang. Karena itu, sesulit apa pun, apalagi saat jenuh dan bosan melanda, komitmen untuk memberikan yang terbaik pada semua pihak, artis, penonton, sponsor, terus saya jadikan pegangan," paparnya. "Satu lagi, selalu bersyukur dengan apa yang saya raih, itu juga menjadi pelajaran penting bagi hidup saya. Dulu saya pernah mencoba menumbuhkan rambut botak ini dengan operasi, tapi batok kepala sudah dioperasi di Jerman, tetap saja tidak tumbuh...hahaha. Di situ saya belajar mensyukuri apa yang saya dapat."
  ~Kunci Sukses Adrie Subono~
•Komitmen tinggi pada apa yang dikerjakan.
•Selalu optimis apa pun tantangan yang menghadang.
•Terus bersyukur dan jangan cepat putus asa.
•Fokus, fokus, dan fokus, dan jadilah ahli di bidang yang digeluti.
•Segera bangkit dan berdiri lagi ketika menghadapi kegagalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar