Jika ingin jadi pengusaha, jadilah orang “gila”! Begitulah pameo yang sering didengung-dengungkan dalam setiap seminar entrepreneurship belakangan ini. Kita mungkin mengenal beberapa mahasiswa perguruan tinggi yang merasa jenuh dengan rutinitas perkuliahan yang dilakoninya. Lantas, mereka memutuskan keluar dan memulai hidup baru dengan membuat usaha sendiri. Apa komentar orang-orang di sekelilingnya? Mereka menyebut para mahasiswa tersebut sebagai “orang gila”. Orang nekat karena menentang pendapat umum. Namun, di kemudian hari, para mahasiswa “DO” dan “gila” tersebut justru menjadi pengusaha hebat. Mahasiswa tersebut adalah Purdi E. Chandra, Bob Sadino, Bill Gates, dan sejumlah orang-orang yang drop out dari sekolahnya.
Pertanyaannya adalah, ”Apakah ‘menjadi gila’ merupakan satu-satunya cara untuk menjadi seorang pengusaha sukses? Adakah cara efektif memulai usaha tanpa ’segila’ Purdi E. Chandra atau Bob Sadino?” Seorang entrepreneur “gila” sudah seringkali mengatakan kepada kaum pegawai, “Kalau mau sukses jadi pengusaha, mulai besok, jadilah pemalas, tak usah datang ke kantor. Sebentar lagi Anda dipecat. Apa boleh buat, Anda akan jadi pengusaha”.
Terinspirasi oleh kesuksesan mereka, seorang teman penulis memutuskan untuk keluar dari pekerjaan dan mendirikan usaha sendiri. Setahun kemudian ia mengatakan, “Saya benar-benar gila, sudah satu tahun bisnis saya tidak jalan, hutang sudah menumpuk. Saya benar-benar gila!” ucapnya dengan wajah kusut. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke “jalan yang benar”, kembali ke “zona aman” dengan menjadi karyawan lagi. Beberapa tahun kemudian, ia menyadari bahwa garis hidup yang dikehendakinya bukanlah bekerja di perusahaan, melainkan menjadi pengusaha. Untuk itu, ia menjalankan rencananya. Namun, kali ini langkahnya lebih hati-hati. Ia mempersiapkan segalanya dengan pertimbangan yang matang sebelum akhirnya kembali keluar dari perusahaannya. Beberapa tahun kemudian, kesuksesan berpihak kepadanya.
Jika muncul pertanyaan, “Apakah semua orang bisa menjadi ‘gila’ untuk memulai usahanya?” Jawabannya pasti, “Tidak semua, karena untuk menjadi ‘gila’ atau luar biasa tidaklah mudah.” Memang, tidak semua orang bisa melakukan hal-hal yang dianggap tidak logis, nekat, konyol, edan, atau tidak masuk akal sehat. Mungkin Anda termasuk mereka yang ingin menjadi pengusaha, tetapi tidak mau secara tiba-tiba keluar dari pekerjaan dan sekonyong-konyong berjibaku meraih rezeki dari bisnis.
Nah, bagi Anda yang termasuk jenis orang yang biasa-biasa saja dan menganut “mazhab lain” tersebut, tidak perlu berkecil hati. Mengapa? Karena untuk menjadi pengusaha sukses tidak harus selalu dimulai dengan “kegilaan”. Kita perlu menyadari bahwa tidak semua orang mau dan bias segila para entrepeneur yang bisa melakukan aksi-aksi gila saat memulai usahanya. Gila, nekat, dan berani pastilah bukan perkara mudah bagi kebanyakan orang. Terlebih bagi karyawan yang sudah punya keluarga dan ingin memasuki dunia tanpa gaji alias dunia entrepreneur. Bukanlah keputusan mudah jika secara tiba-tiba ia harus memutuskan untuk menjadi pemalas, lantas dipecat, dan selanjutnya jadi pengusaha.
Pandangan bahwa untuk menjadi entrepreneur sukses harus menjadi gila terlebih dahulu perlu kita luruskan. Menjadi “gila” dan “nekat” bukanlah satu-satunya cara untuk menjadi seorang entrepreneur sukses. Sama halnya masuk perguruan tinggi bukanlah satu-satunya cara untuk menjadi pintar. Terbukti dalam sejarah, banyak orang pintar yang tidak memiliki riwayat pendidikan formal sama sekali. Jika Anda termasuk orang yang tidak bisa sekonyong-konyong keluar dari pekerjaan dan berhenti jadi karyawan dengan alasan punya tanggungan keluarga, Anda bisa menjadi pengusaha dengan mengambil jalan biasa. Cara yang tidak cukup menegangkan dan menghebohkan, tetapi cukup jitu.
Pertanyaannya adalah, ”Apakah ‘menjadi gila’ merupakan satu-satunya cara untuk menjadi seorang pengusaha sukses? Adakah cara efektif memulai usaha tanpa ’segila’ Purdi E. Chandra atau Bob Sadino?” Seorang entrepreneur “gila” sudah seringkali mengatakan kepada kaum pegawai, “Kalau mau sukses jadi pengusaha, mulai besok, jadilah pemalas, tak usah datang ke kantor. Sebentar lagi Anda dipecat. Apa boleh buat, Anda akan jadi pengusaha”.
Terinspirasi oleh kesuksesan mereka, seorang teman penulis memutuskan untuk keluar dari pekerjaan dan mendirikan usaha sendiri. Setahun kemudian ia mengatakan, “Saya benar-benar gila, sudah satu tahun bisnis saya tidak jalan, hutang sudah menumpuk. Saya benar-benar gila!” ucapnya dengan wajah kusut. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke “jalan yang benar”, kembali ke “zona aman” dengan menjadi karyawan lagi. Beberapa tahun kemudian, ia menyadari bahwa garis hidup yang dikehendakinya bukanlah bekerja di perusahaan, melainkan menjadi pengusaha. Untuk itu, ia menjalankan rencananya. Namun, kali ini langkahnya lebih hati-hati. Ia mempersiapkan segalanya dengan pertimbangan yang matang sebelum akhirnya kembali keluar dari perusahaannya. Beberapa tahun kemudian, kesuksesan berpihak kepadanya.
Jika muncul pertanyaan, “Apakah semua orang bisa menjadi ‘gila’ untuk memulai usahanya?” Jawabannya pasti, “Tidak semua, karena untuk menjadi ‘gila’ atau luar biasa tidaklah mudah.” Memang, tidak semua orang bisa melakukan hal-hal yang dianggap tidak logis, nekat, konyol, edan, atau tidak masuk akal sehat. Mungkin Anda termasuk mereka yang ingin menjadi pengusaha, tetapi tidak mau secara tiba-tiba keluar dari pekerjaan dan sekonyong-konyong berjibaku meraih rezeki dari bisnis.
Nah, bagi Anda yang termasuk jenis orang yang biasa-biasa saja dan menganut “mazhab lain” tersebut, tidak perlu berkecil hati. Mengapa? Karena untuk menjadi pengusaha sukses tidak harus selalu dimulai dengan “kegilaan”. Kita perlu menyadari bahwa tidak semua orang mau dan bias segila para entrepeneur yang bisa melakukan aksi-aksi gila saat memulai usahanya. Gila, nekat, dan berani pastilah bukan perkara mudah bagi kebanyakan orang. Terlebih bagi karyawan yang sudah punya keluarga dan ingin memasuki dunia tanpa gaji alias dunia entrepreneur. Bukanlah keputusan mudah jika secara tiba-tiba ia harus memutuskan untuk menjadi pemalas, lantas dipecat, dan selanjutnya jadi pengusaha.
Pandangan bahwa untuk menjadi entrepreneur sukses harus menjadi gila terlebih dahulu perlu kita luruskan. Menjadi “gila” dan “nekat” bukanlah satu-satunya cara untuk menjadi seorang entrepreneur sukses. Sama halnya masuk perguruan tinggi bukanlah satu-satunya cara untuk menjadi pintar. Terbukti dalam sejarah, banyak orang pintar yang tidak memiliki riwayat pendidikan formal sama sekali. Jika Anda termasuk orang yang tidak bisa sekonyong-konyong keluar dari pekerjaan dan berhenti jadi karyawan dengan alasan punya tanggungan keluarga, Anda bisa menjadi pengusaha dengan mengambil jalan biasa. Cara yang tidak cukup menegangkan dan menghebohkan, tetapi cukup jitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar