Bagaimana sebaiknya sikap yang diambil seorang entrepreneur, apabila kegiatan bisnisnya terkena dampak krisis ekonomi?
Sebagai pimpinan perusahaan, dalam menghadapi masalah ini, saya kira kita harus menjadi entrepreneur sejati atau seorang entrepreneur yang cerdas emosinya. Entrepreneur yang saya maksud di sini adalah entrepreneur yang tidak mudah panik. Sebab, kalau panik, justru akan mengakibatkan sesuatu hal yang lebih parah lagi. Misalnya, kalau pimpinan panik, maka karyawannya pun ikut panik. Itu ibarat sebuah bandul, jika titik pusat bandul itu bergerak, akibat bola yang berada di bawahnya akan ikut bergerak lebih lebar.
Berfikir optimis seperti seorang akrobatik yang tengah meniti tambang itulah barangkali sikap yang tepat bagi seorang entrepreneur, terutama dalam menghadapi krisis ekonomi. Saya kira, kita pun cerdik sebagaimana seorang pesulap yang melepaskan diri dari ikatan.
Dalam kaitan ini, saya juga sependapat dengan entrepreneur dari Negara Paman Sam, Don L. Gevirtis, bahwa entrepreneur itu harus secara terus menerus melihat peluang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, tidak pernah merasa puas, dan bisa mengeksploitasi sekecil apapun perubahan yang ada.
Sebagai seorang entrepreneur, saya sendiri lebih memandang krisis ekonomi itu bukan sebagai krisis. Tapi sebaliknya, saya pandang sebagai siklus? Mengapa? Ibarat sebuah roda, sekali waktu tiba di bawah, dan suatu saat akan kembali ke atas. Saya yakin hal itu.
Saya sendiri sangat merasakan, bahwa entrepreneur itu ibarat menjadi kapten kesebelasan dalam pertandingan sepak bola. Saya harus menjadi inspirator tim sekaligus menjadi playmaker handal.
Saya harus tahu, kapan harus menjemput bola, dan kapan harus melepas bola. Bahkan, saya pun harus tahu bagaimana cara memanfaatkan bola liar atau bola muntah di depan gawang. Oleh karena itu, saya menyadari, bahwa saya pun harus selalu memiliki winning commitment atau komitment untuk menang, atau komitment untuk berhasil secara tepat dan memadai.
Dengan cara ini, saya akan tetap optimis dalam menerjuni bisnis. Saya tidak boleh mudah terkejut oleh kesulitan. Bahkan dengan adanya kesulitan itu, seharusnya saya semakin optimis untuk mencari pemecahannya, dan semakin memupuk sifat ketabahan. Artinya, dengan memiliki sifat tabah, kita akan tetap siap menghadapi segala kemungkinannya, terutama manakala orang lain mudah putus asa saat menghadapi krisis.
Memang saya akui, dalam kondisi seperti itu, ada kelompok yang pesimis, loyo, atau tidak bergairah dan bersikap menyerah pada nasib. Selain itu, ada juga kelompok yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Dalam kondisi krisis, saya yakin, bahwa saya sendiri maupun para entrepreneur yang lain, masih tetap merasa yakin ada prospek bisnisnya di masa depan. Dengan kata lain, entrepreneur memang dituntut tetap tangguh yang didukung oleh spirit, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan manajerial yang handal, serta mampu menyesuaikan dengan perubahan yang sangat cepat.
Selain itu juga, seorang entrepreneur harus bisa lebih jeli memanfaatkan situasi. Bagaimana dengan adanya krisis ekonomi ini bisa dimanfaatkan untuk selalu mencari peluang.
Oleh karena itu, saya yakin, bahwa bermacam-macam peluang muncul pada saat kita sedang krisis. Saat dalam kondisi normal dan baik, itu memang bagus, akan tetapi pada saat dilanda krisis kalau dapat kita harus lebih bagus lagi. Kita semua harus meyakini hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar